yups..... minggu ini adalah minggu terakhir aktif KBM di kelas, karena minggu depan anak-anak harus gelut dengan soal-soal yang mesti diselesaikan pada waktunya.
Sayang sekali...... terkadang ada beberapa soal mata pelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang telah di sampaikan kepada anak didik. yaaaaa...... itu terjadi karena soal yang di buat bukan oleh guru bidang studi melainkan di kirim dari kanwil. so...... mau tak mau mereka, siswa dan guru harus pasrah pada apa yang telah ditentukan paduka.
Tapi sebagai guru yang baik tentu, kami punya daya ukur dalam menentukan nilai yang akan di posting di buku raport sebagai laporan kepada orang tua wali murid. Dan itu bisa di pertanggung jawabkan karena sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik mulai dari hasil ulang harian, tugas individu, atau pun tugas kelompok, mid semester dan nilai ujian semester.
Profesi guru memang sangat memberi arti, khususnya buat ku sendiri. Berhadapan dengan mahluk Tuhan yang paling sempuna bukan lah hal yang mudah, karena mereka mempunyai watak dan sikap yang berbeda satu dengan yang lainnya, yang terkadang terjadi persinggungan keinginan dalam proses pembelajaran, untuk itu butuh kesabaran dan ketelatenan dalam mendidik siswa-siswi baik yang masih kanak-kanak maupun setingkat SLTA.Tidak seperti pekerja kantoran, yang di hadapi dan di kerjakan adalah benda mati yang selalu nrimo dan tidak pernah bisa protes terhadap apapun yang di di perlakukan padanya.
Sekarang..... proses pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan beberapa metode/ model pembelajaran yang lebih menarik minat peserta didik sehingga mereka lebih antusias dalam mendalami materi pelajaran, seperti model talking stik, jigsaw, snawball throwing, CIRC, dan masih banyak lagi.
Sudah saatnya ucapkan selamat tinggal pada model ceramah karena ternyata metode seperti itu tidak begitu efektif selain membuat anak siswa suntuk, energi guru juga bisa terkuras tapi hasil tidak begitu memuaskan.
Yang ku tahu.......hanya 10 % ilmu yang di dapat dengan membaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang di katakan dan di lakukan.
Agar harapan terwujud untuk menciptakan generasi yang berprestasi, ku ajak peserta didik aktif dan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing saja, selebihnya biarkan anak yang ber eksplorasi sendiri.
yu mareee..... :-)
Sayang sekali...... terkadang ada beberapa soal mata pelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang telah di sampaikan kepada anak didik. yaaaaa...... itu terjadi karena soal yang di buat bukan oleh guru bidang studi melainkan di kirim dari kanwil. so...... mau tak mau mereka, siswa dan guru harus pasrah pada apa yang telah ditentukan paduka.
Tapi sebagai guru yang baik tentu, kami punya daya ukur dalam menentukan nilai yang akan di posting di buku raport sebagai laporan kepada orang tua wali murid. Dan itu bisa di pertanggung jawabkan karena sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik mulai dari hasil ulang harian, tugas individu, atau pun tugas kelompok, mid semester dan nilai ujian semester.
Profesi guru memang sangat memberi arti, khususnya buat ku sendiri. Berhadapan dengan mahluk Tuhan yang paling sempuna bukan lah hal yang mudah, karena mereka mempunyai watak dan sikap yang berbeda satu dengan yang lainnya, yang terkadang terjadi persinggungan keinginan dalam proses pembelajaran, untuk itu butuh kesabaran dan ketelatenan dalam mendidik siswa-siswi baik yang masih kanak-kanak maupun setingkat SLTA.Tidak seperti pekerja kantoran, yang di hadapi dan di kerjakan adalah benda mati yang selalu nrimo dan tidak pernah bisa protes terhadap apapun yang di di perlakukan padanya.
Sekarang..... proses pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan beberapa metode/ model pembelajaran yang lebih menarik minat peserta didik sehingga mereka lebih antusias dalam mendalami materi pelajaran, seperti model talking stik, jigsaw, snawball throwing, CIRC, dan masih banyak lagi.
Sudah saatnya ucapkan selamat tinggal pada model ceramah karena ternyata metode seperti itu tidak begitu efektif selain membuat anak siswa suntuk, energi guru juga bisa terkuras tapi hasil tidak begitu memuaskan.
Yang ku tahu.......hanya 10 % ilmu yang di dapat dengan membaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang di katakan dan di lakukan.
Agar harapan terwujud untuk menciptakan generasi yang berprestasi, ku ajak peserta didik aktif dan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing saja, selebihnya biarkan anak yang ber eksplorasi sendiri.
yu mareee..... :-)